April 29, 2013

Susur Pantai : Nguyahan - Pringjono - Gesing

































Siang itu matahari sangat terik, aku singgah di rumah seorang teman. Di wilayah Gunung Kidul. Tak jauh dari rumahnya terdapat pantai-pantai yang menjadi tujuan wisata banyak orang di wilayah selatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ini.
Aku bersama 13 orang lain bersiap, tujuan pertama yaitu pantai Ngobaran. Medan yang dilalui mula-mula agak terganggu, sebab sedang ada pembuatan jalan jalur selatan. Namun beberapa ratus meter setelah itu sampai pantai jalan yang dilalui sudah berupa aspal yang sangat bagus. Perjalanan sekitar 45 menit, kami sampai di TPR, tiket untuk memasuki wilayah pantai ini 3 ribu rupiah/orang. Satu tiket tersebut sudah termasuk paket 3 pantai, yaitu Ngobaran, Ngrenehan, dan Nguyahan. Kami memutuskan untuk ke Pantai Ngobaran.
Bila kita ke jalur Pantai Ngobaran, otomatis kita dapat langsung ke Pantai Nguyahan. Bila memilih jalur ke pantai Ngrenehan kita dapat sekalian ke Pantai Torohudan. Setelah beberapa menit dari TPR kita sampai di Pantai Ngobaran. Disana sangat ramai, mengingat hari itu adalah akhir pekan. Aku hanya melihat-lihat sebentar di pantai itu. Karena sangat ramai aku mengajak beberapa teman untuk langsung ke Pantai Nguyahan. Dari Pantai Ngobaran ini pantai itu dapat ditempuh dengan berjalan kaki ke arah barat melewati jalan berbatu di dekat tempat parkir. Di pantai itu lumayan tidak ramai. Kami sejenak beristirahat, saat itu ombak pasang lumayan besar.
Sembari teman-teman beristirahat di gubuk kayu yang ada di pinggir pantai, aku menghampiri seorang ibu penjual minuman di dekat situ. Mencoba bertanya apakah di balik tebing itu terdapat pantai lagi. Dan ternyata ada, yaitu Pantai Pringjono. Kata Ibu itu kalau akan ke sana bisa melewati pinggir pantai kalau sedang surut atau bisa menaiki bukit, namun memakan waktu yang cukup lama.
Saat gelombang surut, aku bersama teman mencoba menyusuri pantai itu. Pantai Pringjono, sebuah pantai dengan hamparan batu-batu di antara pasir putih.
Setelah puas di pantai itu, kami melanjutkan perjalanan ke Pantai Gesing. Lumayan jauh dari pantai ini. Kami berkendara ke barat untuk kembali ke rumah teman terlbih dahulu. Setelah beristirahat sebentar kami lanjut ke pantai tersebut. Pantai Gesing, merupakan pantai nelayan yang terletak di Gunung Kidul bagian barat. Di pantai ini terdapat banyak pemancing dan pencari lobster. Tebing yang menjulang dengan ombak yang sangat besar menjadi suatu keindahan yang berpadu dengan hijaunya bukit-bukit disana. Di area pantai, banyak kapal-kapal nelayan. Namun sayang, hari sudah sore, kami tidak sempat melihat nelayan yang bersiap-siap untuk melaut.

April 28, 2013

Jimbung Area : Omah Demit











Jimbung merupakan suatu daerah di dekat kota klaten yang menurut saya sangat mistis. Dimana sewaktu kecil pernah diceritakan bahwa di tempat ini terdapat pesugihan yang sangat terkenal yaitu bulus jimbung. Dan pada akhirnya beberapa waktu lalu aku mencoba menyempatkan untuk mampir ke tempat ini. Namun bukan karena bulus jimbung, melainkan ada suatu bangunan yang sangat unik dan tidak kalah mistisnya. Orang sekitar menyebut bangunan itu "Omah Demit" atau "Rumah Demit/Makhluk Halus". Bangunan berwujud rumah yang berdiri diatas tebing  batu kapur curam yang sangat menonjol, hanya ada satu pintu tanpa jendela. Tidak jelas bangunan itu dibangun oleh siapa dan untuk apa. Untuk menaikinya sangat sulit tanpa bantuan peralatan panjat.

The Story of Light






April 19, 2013

Cerita Dari Bawah Tebing


















Sore itu di tenggara kota Yogyakarta, kami berjalan menanjak menuju sebuah bukit kapur yang terletak di dekat Candi Ijo. Medan tidak terlalu baik, kondisi aspal sudah banyak yang rusak. Beberapa ratus meter dari awal tanjakan di sisi jalan terdapat jalan kecil yang terbuat dari pecahan batu kapur. Tanah lapang di dekatnya memberikan suasana kontras, hijau rerumputan berpadu dengan warna bukit-bukit kapur pucat. Lalu kami menuju kesana, tampak beberapa orang sedang bekerja di beberapa titik. Kami kemudian menghampiri salah satunya, seorang bapak berumur hampir 50 tahun. Ia meluangkan waktunya dengan kami sembari istirahat dan mengusap peluh. Bapak itu bercerita tentang masa kecilnya, ketika ia sudah mengenal pekerjaan ini semenjak usia dini. Terlalu asik bercerita, senja pun tak terasa sudah datang. Kemudian kami melanjutkan  langkah, mengingat cahaya sudah terlalu sedikit. Mengamati bukit-bukit dengan warna yang berlapis-lapis