November 04, 2013

Ruins : After Abrasion




 












Samas Beach, Bantul, Yogyakarta, Indonesia
November, 2013

November 03, 2013

Candi Pendem Sengi

Yap! tujuan terakhir adalah Candi Pendem. Setelah bertanya tentang lokasi kepada bapak penjaga di Candi Asu Sengi, kami pun berangkat. Sebenarnya candi ini hanya terletak 100 meter dari Candi Asu, namun karena tidak ada akses jalan untuk kendaraan kami harus berjalan kaki dan kendaraan harus parkir di pinggir jalan raya. Bapak penjaga itu menyarankan untuk berputar melewati permukiman warga lalu kendaraan diparkir disana, lalu kami harus berjalan kaki.
Setelah sempat tersesat kami berhasil menemukan permukiman warga yang dekat dengan Candi Pendem. Lalu kami melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki melewati bekas sungai kering dan persawahan warga. Selang beberapa menit kami sampai. ternyata memang benar candi itu berada di tengah sawah. Kondisi candi berada di bawah permukaan tanah alias terpendam. Mungkin asal muasal nama Pendem berasal dari kata "Kependem" (terpendam). Menurut beberapa informasi, candi itu ditemukan oleh petani ketika mengerjakan lahan pertanian.












Candi Asu Sengi

Berbekal peta sederhana dari Google kami menuju tempat selanjutnya, yaitu Candi Asu. Tempatnya tidak jauh dari Candi Lumbung Sengi. Beberapa menit kami berkendara dengan sepeda motor akhirnya sampai. Candi ini terletak di Dusun Candi Pos, Desa Sengi, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Lokasinya di pinggir jalan dekat dengan sebuah Sekolah Dasar. Area candi berada di area pertanian warga.
Kendaraan kami parkir di pinggir jalan, kami berjalan beberapa meter melewati pematang sawah. Area candi dapat dilihat langsung dari jalan raya. Pagar kawat berduri mengelilingi area itu, namun pintu masuk tidak dikunci. Kami mencoba masuk dan berkeliling. Candi ini tidak begitu besar dan bagian atas sudah tidak utuh lagi, berbentuk bujur sangkar dengan lahan yang agak sempit.
Ketika kami berkeliling tampak seorang bapak berjalan dari jalan raya menghampiri kami. Ternyata bapak itu penjaga candi ini. Menurut cerita beliau candi ini merupakan candi Hindu. Nama "Asu" (Anjing) dapat berasal dari 2 kemungkinan, yang pertama dahulu memang di candi ini ditemukan arca mirip anjing (sekarang sudah hilang) dan yang kedua kata "Asu" berasal dari kata "Aso" atau "Ngaso" (bahasa Jawa) yang artinya beristirahat, kemungkinan tempat ini dulunya sebagai tempat peristirahatan.










Candi Lumbung Sengi

Dari Candi Ngawen kami akan menuju kawasan Sengi. Awal mula rasa penasaran saya dengan kawasan ini ketika perjalanan menuju basecamp Gunung Merbabu via Selo. Waktu itu sempat melihat papan petunjuk candi, namun tidak sempat utuk mengunjunginya.
Berbekal peta yang kami cari di Google kami langsung cabut kesana. Dari Candi Ngawen kami menuju arah Pasar Muntilan. Di depan pasar itu terdapat klenteng (lupa namanya) lalu belok menuju arah Ketep Pass atau Merbabu via Selo. Perjalanan intinya lewat situ hingga setelah jembatan gantung ada persimpangan yang ada patung Ganesha di tengah jalan lalu mengikuti peta dari Google (yang nerangin susah e... hehehehe).
Di kawasan ini terdapat 3 Candi yaitu Candi Lumbung, Candi Asu, dan Candi Pendem. Kami memutuskan ke Candi Lumbung karena menurut saya candi ini yang paling mudah ditemukan. Candi yang sekarang terletak di Dusun Tlatar, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Jateng tersebut dahulu terancam runtuh. Banjir lahar dingin adalah ancaman yang cukup serius karena letak candi ini dulunya berada di pinggir Kali Apu. Setelah mendapatkan pertimbangan dari berbagai pihak maka pemindahan lokasi candi pun dilakukan. Namun menurut berbagai sumber, relokasi candi ini hanya bersifat sementara. Setelah ancaman lahar dingin Merapi telah usai dan tempat asal candi ini telah diperkuat, candi ini akan dikembalikan ke tempat semula Candi Lumbung berukuran 8 x 8,5 meter bercorak agama Hindu. Candi ini diperkirakan dibangun pada abad IX. Di bagian atap bangunan sudah terlihat runtuh tak berbentuk, hanya tersisa sedikit di bagian barat daya, dan batu-batunya menumpuk di tengah bangunan candi. Pada bagian pipi tangga, terdapat hiasan berpola sulur gelung yang keluar dari pot dan diapit dua ekor patung burung. Nama lumbung kemungkinan karena bentuk candi ini menyerupai lumbung padi.