Agustus 08, 2013

Karst Pegunungan Sewu : Goa Langse






































Pagi itu sekitar jam 7 pagi, seorang teman mengirim pesan singkat mengajakku ke Goa Langse. Lalu, aku menawarkan minggu depan saja, tapi dia menjawab kalau minggu depan terlalu lama. Lalu, kutawarkan akhir pekan ini, tapi dia malah mengajak "kalau hari ini bisa ngga?". Yaudah, berhubung posisi masih di kasur kujawab "nanti siang aja gimana?". Lalu dia menjawab "wah kalau kesiangan panas banget di sana". Akhirnya kuputuskan pagi itu sesegera bersiap dengan kondisi nyawa belum terkumpul dan sebenernya kondisi badan agak kurang fit, tapi gapapa lah penasaran sama tempat satu ini.
Beberapa saat kemudian temanku mengirim pesan lagi memberitahu soal medan yang dilalui lumayan cadas alias ancur alias ambyar, dia menanyakan kendaraanku kira-kira bisa ngga dipake buat offroad. Kujawab "Nanti gampang pake motorku bisa", pada saat itu aku membayangkan bahwa letak goa langse berada di timur Pantai Parangtritis itu lewat bawah menyusuri jalan pinggir pantai.
Kami memutuskan bertemu di PASTY (Pasar Hewan), jam setengah 9 kami berangkat menuju selatan kota Yogyakarta. Sekitar setengah jam kami memasuki area pantai. Ternyata yang kubayangkan di rumah tadi berbeda.  Jalan ke Goa Langse ternyata menaiki bukit di timur Pantai Parangtritis dengan kondisi jalan benar2 sulit. Mula-mula dari Parangtritis terus naik mengikuti jalan aspal ke arah Gunung Kidul hingga menemukan papan petunjuk Goa Langse. Dari sana belok ke kanan mengikuti jalan. Kondisi berupa jalan aspal yang sudah rusak tapi masih lumayan. Namun lama kelamaan kondisi jalan berubah menjadi pecahan batu kapur yang tidak tertata serta banyak sekali tanjakan, beberapa kali terpaksa temanku turun karena motor tidak kuat.
Setelah berjuang keras akhirnya sampai, kendaraan diparkir dan kami berjalan kaki karena medan perjalanan tidak bisa dilalui kendaraan. Ternyata saat itu kami sudah berada diatas pegunungan sewu sedangkan lokasi goa ada bawah tebing pegunungan tersebut, berbeda sekali dengan bayanganku yang kukira tadi kita harus menyusuri pantai. Setelah meletakkan kendaraan kami menuju ke tempat penarikan retribusi (TPR), setelah itu berjalan melewati hutan sekaligus kebun warga setempat hingga menemukan sebuah bekas pondok tua yang sudah rusak.  Medan perjalanan dari TPR hingga bekas pondokan itu tidak sulit dan cukup teduh. Beberapa langkah dari pondok tua itu terdapat bongkahan batu yang banyak bekas sesaji, memang area Goa Langse terkenal sakral. Nah, di tempat bongkahan batu ini panorama birunya laut selatan bisa dinikmati dengan jelas.
Beberapa menit beristirahat di area batu itu lalu kami meneruskan perjalanan. Disinilah dimulainya perjalanan yang tidak pernah saya bayangkan. Jalan berupa tangga kayu yang menempel pada dinding-dinding tebing, berjalan meniti tangga secara mundur perlahan. Hingga sampai agak bawah jalan berubah menjadi tebing tanpa tangga posisinya vertikal hampir 90 derajat. Turun melewati itu dibantu dengan semacam akar kayu yang menempel di dinding tebing. Ini yang paling susah.
Selesai melewati jalan curam akhirnya memasuki kawasan agak landai namun masih di sisi tebing. Tak jauh dari sana sudah memasuki area Goa Langse. Di area itu terdapat beberapa bangunan tempat orang-orang tirakat atau semedi seperti yang kukatakan tadi, Goa ini sakral. Lalu kami berjalan menuju mulut Goa, ternyata ada seorang nenek yang menetap tinggal disana sejak puluhan tahun yang lalu. Nenek itu juga menjajakan makanan serta minuman, kami beristirahat sejenak. Setelah itu aku berkeliling sekitar area itu, sebuah goa yang terletak dibawah tebing di dekat laut. Pada akhirnya aku tidak masuk kesana karena agak males masuk goa.. wahahahaha :D

Tidak ada komentar: